Kamis, 12 Desember 2013

Luky

Pagi ini seharusnya wajahmu ceria dan penuh semangat, tetapi nampak sekali kau menyimpan duka yang tak terbatas.Ada sesuatu yang mengganggu jalannya kehidupanmu.Kau tampak lemah dan kehilangan harapan. Saat aku menceritakan tentang orang lain, kau begitu mudahnya tersinggung .Perasaanmu sangat sensitif.
" Jangan mengolok-olok saya, Bu.! Saya datangnya tidak terlambat !"
"Loh, kamu salah paham.Saya kan bercerita tentang Pungky bukan Luky.Masak tidak bisa membedakan antara Pungky dan Luky ?" Tanyaku.
" Maaf, Bu. Kukira ibu mengolok-olok saya.Oh, ya Bu maaf, bisa pinjam bolpoinnya tidak ? Saya lupa tidak membawanya."
Aku pun langsung mengeluarkan sebuah bolpoint standart yang sudah banyak dipakai orang.Kulihat Luky sibuk mengisi biodata, kemudian membalik-balik kertas ulangan matematika.Sementara yang lain skak mati!
Tak ada yang berdiri tegak menyelesaikan soal matematika, sedemikian sulitkah, atau apakah soal yang ada tidak sesuai dengan materi yang pernah diberikan oleh ibu guru merpi setelah aku mereka.Tetapi setelah aku mengamati ternyata soalnya sudah pas sebagaimana mestinya.

Aku jadi ingat masa lalu, matematika memang menakutkan sekali, apalagi bila tidak pernah latihan.Luky-luky namamu tidak seluky artinya, yaitu keberuntungan.Semogalah kelak kau mendapatkan cahay terang dan semangat tuk menggapai cita-citamu.Selamat berjuang, Nak!