Senin, 10 Juni 2013

Ibu

ibu maafkan kesalahanku, lama sudah aku merindukanmu.kulihat kau semakin rapuh,tetapi semangatmu terus menyala dan berkobar laksana obor kerinduan.
ibu ingin aku memelukmu, dan menciummu.Masih ku ingat masa indah kita berdua.Ibu aku sangat menyayangimu dan menghormatimu selalu dan selamanya.
ibu kau pahlawan sejatiku.

kerinduanku

Terlahir dalam keadaan telanjang, kembali pun demikian.Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi sang pencabut nyawa? bagaimanakah wajah sang malaikat pencabut nyawa itu ? apakah begitu seramnya , sehingga ayam pun takut melihatnya.Bagaimana dengan kita?
Aku dapat menarik satu pelajaran kecil,tetapi sangat  berharga,begini ceritanya: aku mempunyai seekor ayam Bangkok, sudah menghasilkan 5 keturunnan.belum lama aku merawatnya , kurang lebih 5 bulan.pada saat itu si ayam sudah memberiku 3 butir telur, namun ada keanehan tersendiri.si ayam seperti merasa ketakutan sekali, prilakunya berubah.Jika malam tlah tiba si ayam ingin di temani si jago., bila sudah ditemani, si ayam mau masuk kandang yang sederhana. Ini berlangsung selama hampir 2 minggu.Empat hari terakhir kelakuannya malah menyedihkan.si ayam tidak mau tidur dikandang.si ayam malah memilih tidur di depan dapur sambil wajahnya tertunduk malu atau mengalami ketakutan.Aku tidak merespon perubahannya.
Esok harinya si ayam jalan-jalan diatas sumur.aku menggusirnya.Namun pada hari berukutnya di ulangai lagi pada sore dan malam hari, berjalan-jalan di sumur.Setelah aku usir ,aku nonton televisi. beberapa menit berselang aku ingin kekamar mandi.Eh si ayam betina tidur di kamar mandi dan bersembunyi di belakang bak mandiku yang terbuat dari plastik.Si ayam seperti merasa ketakutan.
Pada hari selanjutnya, si ayam dimandikan suamiku, setelah kering lalu ditinggal suamiku pergi kerja.Pulang kerja suamiku bingung mencari-cari si ayam gak ketemu.Eh, dilihat di sumur ternyata si ayam tercebur .Ayamku pun mati tenggelam tak ada yang menolonya.Kasihan sekali.Anak ayam pun kini menjadi piatu.Dan tiga telurnya dibawah ke Sidoarjo untuk ditetaskan ,oleh tetanggaku, ksihan  sekali si ayam.
Ini adalah sebuah pelajaran berarti dari si ayam betina.snoga kita dapat mengambil hikmahnya.sudahkah kita membawa bekal cukup? siapkah kita mati dan menghadapNya.Tidakkah kita merindukan bertemu dengan Allah SWT.Aku sendiri merindukan pertemuan itu, tetapi bekalku belumlah siap  bila  ingin berjumpa dengan Allah.Bagaimana nanti jika aku bertemu wajah sang pencabut nyawa?! Tampankah wajahnya atau jelek ? He he he aku belum siap betul.